Museum Benteng Vredeburg Tiket, Aktivitas & Atraksi

Pertama kali dibangun tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I, Museum Benteng Vredeburg pernah berganti nama. Sebelumnya, bernama Rustenburg yang berarti “benteng peristirahatan”, namun karena gempa hebat terjadi benteng pun runtuh.

Setelah dibangun kembali Rustenburg pun berubah menjadi Vredeburg yang berarti benteng perdamaian. Sekarang Benteng Vredeburg diubah konsepnya menjadi seperti museum agar dapat menjadi tujuan wisata sejarah bagi semua orang.

Ketika masih berfungsi sebagai benteng, Museum Benteng Vredeburg memiliki empat buah menara pengawas di setiap sudutnya. Konon, empat menara tersebut berfungsi sebagai tempat tentara Belanda berjaga-jaga dan melepaskan tembakan ketika perang.

Seiring berjalannya waktu, bangunan peninggalan yang sudah banyak yang rusak dipugar oleh pemerintah untuk menjadi museum. Sekarang, setiap ruangan dan bangunan dalam Museum Benteng Vredeburg berfungsi sebagai diorama sekaligus objek pengingat perjuangan. Diorama-diorama itu menggambarkan dari Perang Diponegoro, Agresi Militer tahun 1948 hingga masa Orde Baru.

Benteng Vredeburg
Latar belakang sejarah Kota Yogyakarta baik sebagai ibukota Kasultanan Yogyakarta dan ibukota NKRI tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Benteng Vredeburg Yogyakarta. img:http://vredeburg.id

Tak hanya diorama, Museum Benteng Vredeburg juga memiliki daya tarik tersendiri yakni dengan mengoleksi benda-benda bersejarah. Sebut saja foto-foto zaman dahulu mulai dari zaman Belanda hingga pemberontakan G30S/PKI di Yogyakarta.

Koleksi berbagai macam peninggalan orang-orang berpengaruh zaman dahulu kala yang masih bisa diselamatkan hingga sekarang. Atau juga lukisan-lukisan perjuangan tentara nasional dan rakyat dalam merebut dan mencapai kemerdekaan.

Jam Buka Museum Fort Vredeburg

Tidak seperti tempat wisata lainnya, Museum Benteng Vredeburg tidak buka pada hari Senin. Selain karena mengikuti peraturan yang berlaku, pihak pengelola juga memerlukan ruang dan waktu merawat koleksi museum.

Oleh karena itu, Fort Vredeburg Museum dibuka mulai hari Selasa-Kamis dari pukul 07.30 – 16.00 WIB. Sementara itu, untuk hari Jumat hingga Minggu Museum Benteng Vredeburg ini dibuka mulai dari pukul 07.30 hingga 16.30 WIB. Selain hari-hari tersebut, hari libur nasional kecuali Idul Fitri dan Idul Adha dan Senin, Museum Benteng Vredeburg tetap buka.

Jam Buka Museum Fort Vredeburg
Selasa – Minggu 08.00 – 16.00 WIB
Senin TUTUP

Harga Tiket Masuk Museum Vredeburg

Harga tiket masuk Museum Fort Vredeburg pun sangat terjangkau. Pengunjung yang masih anak-anak cukup dengan membayar biaya masuk sebesar 2.000 rupiah. Bagi pengunjung lokal yang dewasa hanya membayar tiket masuk seharga 3.000 rupiah.

Sementara itu, bagi wisatawan asing tiket masuk ke Museum Benteng Vredeburg hanya sebesar Rp10.000 rupiah. Sedangkan bagi pengunjung rombongan dengan jumlah minimal 20 orang, bisa mendapatkan harga tiket lebih murah.

Harga Tiket Masuk Museum Benteng Vredeburg
Tiket Anak Rp2.000
Tiket Dewasa Rp3.000

Atraksi & Aktivitas Wisata Museum Benteng Vredeburg

Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan bila ingin berwisata ke Museum Benteng Vredeburg adalah sebagai berikut.

Jagang

Pemandangan pertama yang dapat disaksikan ketika baru tiba di Museum Benteng Vredeburg adalah sebuah jagang melintang. Dulu, jagang (parit) difungsikan sebagai salah satu bentuk strategi perang dan garda pertahanan pertama saat perang.

Jagang dihidupkan kembali pada tahun 2012 agar wisatawan dapat memiliki gambaran bagaimana Benteng Vredeburg ini dulunya. Sekarang, jagang tersebut lebih difungsikan sebagai kolam yang diatasnya terdapat sebuah jembatan penghubung gerbang dengan Museum Benteng Vredeburg.

Konon, dulunya jembatan penghubung Benteng dengan dunia luar merupakan jembatan angkat yang memiliki akses buka-tutup. Namun, seiring dengan berkembangnya waktu jembatan tersebut dipermanenkan untuk menopang kendaraan-kendaraan militer yang masuk keluar Museum Benteng Vredeburg.

Diorama
Salah satu Diorama yang bisa dilihat di Museum Vredeburg. img: vredeburg.id

Sekarang, pemandangan jembatan dan jagang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang datang ke Museum Benteng Vredeburg. Jangan lupakan juga monumen serangan umum satu maret serta air mancur pada jagang sebelah barat Semuanya dapat menjadi objek-objek foto yang bagus lewat mata lensa bagi wisatawan yang berkunjung.

Pengapit Utara

Gaya arsitektur klasik Eropa langsung dapat terlihat ketika pengunjung melewati gerbang masuk bertuliskan “VREDEBURG” yang besar. Kesan tersebut tetap terlihat hingga pada bangunan kembar yang meniru gaya Yunani zaman Renaissance.

Salah satu bangunan pengapit tersebut adalah pengapit utara yang saat itu digunakan sebagai kantor administrasi. Sekarang, bangunan bergaya atap lancip seperti gaya murni arsitektur Eropa itu difungsikan sebagai ruang pengenalan Museum Benteng Vredeburg.

Pengapit Selatan

Selain bangunan pengapit utara, gedung kembar di hadapannya disebut sebagai bangunan pengapit selatan. Konon bangunan ini pernah menjadi tempat ruang tahanan khusus bagi tawanan yang memiliki pangkat dan derajat tinggi.

Dilihat dari bentuk ruangan-ruangannya, diperkirakan bangunan ini sering digunakan sebagai tempat menerima tamu-tamu penting. Sekarang, gedung ini juga dipakai sebagai ruang tamu dinas dan ruang tamu untuk tamu-tamu VIP.

Gerbang

Museum Benteng Vredeburg memiliki dua gerbang akses masuk utama, yakni gerbang sebelah barat dan gerbang sebelah timur. Gerbang barat memberikan akses utama langsung ke kompleks dalam benteng/museum Vredeburg.

Sementara itu, gerbang timur memiliki bentuk relatif berbeda meski memiliki fungsi yang hampir sama dengan gerbang barat. Sekarang gerbang timur merupakan pintu masuk utama dari arah Taman Pintar dan Taman Budaya. Para pengunjung dapat mengambil foto berlatarbelakang gerbang-gerbang ini oleh karena ornamennya yang sangat “Eropa”.

Bangunan Hospital

Ada sebuah bangunan yang dinamakan gedung F di Museum Fort Vredeburg yang bentuknya unik. Bentuknya persegi panjang dengan proporsi dinding dan atap yang seimbang. Dimensi jendela dan pintunya yang besar memberi kesan bahwa gedung ini merupakan fasilitas umum dulunya.

Ruang-ruang dalam bangunan Museum Benteng Vredeburg yang cukup terbuka memberi kesan bahwa Gedung F dulunya adalah sebuah rumah sakit. Sekarang, gedung ini terbagi menjadi tempat kerja teknis di lantai satu dan ruang audio visual di lantai dua.

Diorama 1

Diorama 1 memiliki ruangan yang lumayan besar yakni ruang dalam, teras terbuka dan teras belakang. Ada juga bangunan penunjang lainnya seperti dapur dan kamar mandi yang terpisah dengan ruang induk.

Ruangan-ruangan tersebut dihubungkan dengan galeri dan atap yang memanjang. Bentuk eksteriornya mengadaptasi arsitektur lokal Jawa namun pada bagian jendela dan pintunya masih terpengaruh gaya Belanda.

Diorama 2

Diorama 2 adalah sebuah bangunan yang terbentuk dari dua buah bangunan yang disatukan. Menilik dari struktur atap dan bentuknya, kedua gedung ini memiliki pola ruang yang representatif.

Diorama Benteng Vredeburg
Diorama di dalam Benteng Vredeburg. img: vredeburg.id

Dalam perkembangannya, Diorama 2 berfungsi sebagai tempat tinggal para perwira dan prajurit-prajurit yang telah berkeluarga. Sekarang, Diorama 2 memiliki selasar yang panjang sehingga dapat menjadi tempat istirahat sementara untuk pengunjung Museum Benteng Vredeburg.

Café Indische Koffie

Dulu Indische Koffie dipakai sebagai Barak Prajurit bagian barat sehingga disebur Barak Prajurit Barat. Arsitektur bangunan ini masih mengadopsi gaya arsitektur Belanda yang dicirikan dengan tangga eksternal untuk menuju lantai atas.

Sekarang bangunan itu sudah diubah menjadi sebuah kafe bawah tanah yang unik. Café Indische Koffie ini mulai dibuka pada pukul 09.00 hingga 23.00 WIB. Café ini menawarkan berbagai macam menu tradisional Indonesia dan Barat kepada para pengunjung.

Fasilitas di Museum Benteng Vredeburg

Tak hanya memiliki koleksi lumayan banyak, Museum Fort Vredeburg juga memiliki fasilitas yang lengkap. Sebut saja toilet, musholla tempat melakukan sholat lima waktu bagi yang muslim hingga kantin.

Museum Benteng Vredeburg juga memiliki ruang pertunjukan, ruang perpustakaan, ruang pelatihan dan ruang pertemuan. Tak hanya itu, museum juga memiliki ruang seminar dan diskusi, audio visual serta ruang belajar kelompok.

Transportasi Umum ke Museum Fort Vredeburg

Bagi pengunjung dari bandara Internasional Adisucipto, beberapa alat transportasi umum yang dapat dipakai adalah:

Kereta Api

  • Menggunakan kereta api Prameks yang memiliki tarif sebesar Rp8.500 – Rp15.000 rupiah dengan jadwal lewat sekitar 30 menit sekali
  • Menggunakan kereta api Madiun Jaya dengan tarif tiket seharga 20.000 rupiah

Bus (Trans Jogja)

Bus Trans Jogja memang merupakan pilihan yang tepat sebagai alat transportasi sampai ke Museum Benteng Vredeburg. Cukup membeli tiket Rp3.500 rupiah, pengunjung dapat langsung turun di halte Jalan Malioboro dan berjalan ke museum. Ada beberapa jalur Trans Jogja yang harus dicermati pengunjung bila ingin ke Museum Benteng Vredeburg.

  • Jalur 1A datang dari arah Bandara Intenasional Adi Sucipto
  • Jalur 2A dari Monjali (Monumen Jogja Kembali) dan terminal Jombor
  • Jalur 3A bagi pengunjung yang datang dari arah SMP 5 dan UGM
  • Jalur 3 B dari arah terminal, lalu turun di Ngupasan
  • Jalur 8 dari arah terminal Jombor dan Demak dari Giwangan, bisa naik dari terminal Giwangan yang dapat langsung berhenti di dekat museum.

Transportasi Lainnya

Sementara itu, bagi pengunjung yang datang dari Stasiun Lempuyangan, ada tiga cara yang bisa dicoba. Pertama, naik becak seharga Rp10.000 rupiah, naik andong dengan harga Rp20.000 – Rp30.000 atau hanya berjalan kaki.

Untuk pengunjung yang datang dari Terminal Bus Giwangan yang berencana ke Museum Benteng Vredeburg. Maka bisa menumpangi bus Trans Jogja jalur 3A. Bila dari Terminal Bus Jombor, maka pengunjung dapat menaiki Bus Trans Jogja rute 2A.

Alamat Museum Benteng Vredeburg

Museum Fort Vredeburg berada di Jalan Ahmad Yani (Jalan Margo Mulyo) No. 6 Yogyakarta. Museum ini juga terletak tepat di Titik Nol Kilometer Yogyakarta.

Selain itu, Museum Benteng Vredeburg hanya berjarak sekitar 200 meter dari Malioboro dan 350 meter dari Taman Pintar. Bila ada pengunjung yang datang dari Puro Pakualaman (1,1 km) dan Taman Sari (1,5 km), maka museum tidaklah terlalu jauh untuk ditempuh.

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *